Malu Sama Allah

Malu Sama Allah

Beberapa waktu lalu saya melihat postingan seseorang di media sosial yang hampir setiap hari di sana di tuliskan ODOJ, saya bertanya apa itu ODOJ? Bukan hanya satu orang, tapi di beberapa akun media sosial yang lainnya saya temukan juga tulisan yang sama.

Mungkin saya saja yang tidak gaul akan istilah Zaman sekarang. Tidak heran, membuat akun IG pun baru beberapa hari. Jadi maklum baru sekarang aktif dalam dunia Instagram dan Twitter.
Namun rupanya untuk arti dari ODOJ itu sendiri sungguh membuat jiwa dan perasaan tersentuh begitu dalam yang artinya "One day One juz."

Masya Allah, rupanya para sahabat saya menggabungkan diri dalam grup Tahfidz untuk bersama menghafal Al-qur'an. Sedikitnya 1 juz dalam 1 hari dan itu di lakukan berkelompok.
Ketika saya sudah memahami apa maksud mereka untuk bergabung dalam ODOJ, sungguh saya malu sendiri, sungguh saya iri kepada sahabat-sahabat yang luar biasa dalam mengahafal Al-qur'an.

Malu pada Allah, malu pada Al-qur'an, malu pada Nabi Muhammad yang katanya diri ini sungguh merindukan bertemu beliau di surganya Allah.

"Malu ya Allah, betapa diri ini setiap hari meminta kepadamu namun saya tidak pernah punya target dalam menghafal segala firman-Mu."

Tidak pernah terbesit sedikit pun akan berapa kali khatam dalam setahun, tidak pernah terpikirkan kapan harus menghafal serta memahami makna nya..

"Boleh saja dirimu punya keinginan untuk tahun yang akan datang. Keinginan yang membuat dirimu begitu bahagia, keinginan yang akan membuatmu kian terpandang dan terkenal. Tapi adakah keinginan yang telah kita tetapkab untuk bisa mendekatkan diri kepada Tuhan? " s
aya menanykan hal itu pada diri saya pribadi.

"Adakah keinginan yang ditetapkan untuk makin mencintai perkataan Tuhan yang ada dalam Al-Qur'an."

Itu semua mulai menjadi pelajaran, saya hanya sekedar menyibukkan diri dengan hal keduniawian. Membaca Al-qur'an hanya sekedarnya, khatam Qur'an pun akhirnya tidak pernah lagi di lakukan.
Jika dahulu kitab suci Al-qur'an sering engkau kahtamkan, kenapa kini butuh waktu lama untuk mengkhatamkannya?

Sesibuk apakah dirimu? Tuhan telah memberikan waktu dengan begitu sempurna, waktu selama 24 jam sudah lebih dari cukup untuk melakukan kegiatan duniawi dan di seimbangkan dengan ibadah untuk menatap negeri akhirat.

Mari sahabat, kita tinjau ulang lagi keinginan yang sudah kita buat.
Adakah di dalamnya keinginan untuk makin mendekatkan kita pada sang pencipta serta makin mencintai perkataan yang ada di Al-qur'an?

Jangan sampai kita kemudian melalaikan diri dan hanya berkata, "bulan depan, tahun depan,  saya akan mulai membaca Al-qur'an. "
Namun bagaimana jika tidak sampai bulan depan apalgi tahun depan, bagaimana esok hari kita sudah di panggil pulang oleh Tuhan?.

Sahabat, nasihat ini merupakan nasihat untuk kita semua, untuk saya dan para sahabat mari kita sama-sama memperbaiki diri, lebih mencintai Al-qur'an agar kehidupan pun tidak jauh dari Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kopi itu Pahit ?

Setting Budaya